Pendidikan adalah hasil
dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan
cita-cita, perkembangan zaman dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya,
sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya. Dengan
demikian, muncullah filsafat pendidikan yang menjadi dasar bagaimana suatu
bangsa itu berpikir, berperasaan, dan berkelakuan yang menentukan bentuk sikap
hidupnya. Adapun proses pendidikan dilakukan secara terus menerus dari generasi
ke generasi agar pendidikan menjadi lebih baik. Salah satu aliran filasfat yang
memberikan sumbangan besar terhadap pendidikan adalah aliran filsafat idealisme.
Istilah Idealisme berasal dari kata idea
yang artinya adalah sesuatu yang hadir dalam jiwa, Idealisme adalah aliran
filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan itu merupakan kejadian dalam jiwa
manusia dan kenyataan yang diketahui manusia terletak di luarnya. Pendidikan
dalam pandangan idealisme merupakan proses abadi dari proses penyesuaian dan
perkembangan mental maupun pisik, bebas dan sadar terhadap Tuhan,
dimanisfestasikan dalam lingkungan intelektual, emosional, dan berkemauan.
Aliran Idealsime merupakan aliran yang sangat penting
dalam perkembangan sejarah pemikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat barat
kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. Plato menyatakan bahwa
alam cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Aristoteles
memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam dari ide sebagai suatu tenaga yang
berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya
dapat dikatakan bahwa paham idealisme sepanjang masa tidak pernah hilang sama
sekali.
Pada zaman Aufklarung para filosof yang
mengakui aliran serba dua (dualisme) seperti Descartes dan Spinoza yang
mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan, keduanya mengakui
bahwa unsur kerohanian lebih penting daripada kebendaan. Selain itu, segenap
kaum agama dapat digolongkan kepada penganut idealisme yang paling setia
sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang
mendalam. Puncak jaman idealisme terjadi pada masa abad ke-18 dan 19
ketika periode idealisme.
Secara historis,
idealisme diformulasikan dengan jelas pada abad IV sebelum masehi oleh Plato
(427-347 SM). Semasa hidup Plato,
kota Athena adalah kota yang berada dalam kondisi transisi (peralihan). Peperangan
bangsa Persia telah mendorong Athena memasuki era baru. Seiring dengan adanya
peperangan-peperangan tersebut, perdagangan dan perniagaan tumbuh subur dan
orang-orang asing tinggal diberbagai penginapan di Athena dalam jumlah besar
untuk meraih keuntungan mendapatkan kekayaan yang melimpah. Dengan adanya hal
itu, muncul berbagai gagasan-gagasan baru ke dalam budaya bangsa Athena.
Gagasan-gagasan baru tersebut dapat mengarahkan warga Athena untuk mengkritisi
pengetahuan & nilai-nilai tradisional. Saat itu pula muncul kelompok baru
dari kalangan pengajar (para shopis). Ajarannya memfokuskan pada
individualisme, karena mereka berupaya menyiapkan warga untuk menghadapi
peluang baru terbentuknya masyarakat niaga. Selain itu hal tersebut juga disebabkan karena
adanya pergeseran dari budaya komunal masa lalu menuju relativisme dalam bidang
kepercayaan dan nilai.
Aliran filsafat
Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi perubahan terus-menerus
yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Ia merumuskan kebenaran sebagai
sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal). Dan sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi
keseharian senantiasa mengalami perubahan. Dengan demikian, kebenaran tidak
bisa ditemukan dalam dunia materi yang tidak sempurna dan berubah.
Idealisme dengan
penekanannya pada kebenaran yang tidak berubah, berpengaruh pada
pemikiran kefilsafatan. Selain itu, idealisme ditumbuh kembangkan dalam dunia
pemikiran modern. Tokoh-tokohnya antara lain: Rene Descartes (1596-1650),
George Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-1804) dan George W. F. Hegel
(1770-1831). Seorang idealis dalam pemikiran pendidikan yang paling berpengaruh
di Amerika adalah William T. Harris (1835-1909) yang menggagas Journal of
Speculative Philosophy. Ada dua penganut idealis abad XX yang telah
berjuang menerapkan idealisme dalam bidang pendidikan modern, antara lain: J.
Donald Butler dan Herman H. Horne. Sepanjang sejarah, idealisme juga terkait
dengan agama, karena keduanya sama-sama memfokuskan pada aspek spiritual dan keduniawian
lain dari realitas.
Dalam idealisme, proses mengetahui/pengetahuan terjadi dalam
pikiran manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak di
luarnya. manusia memperoleh pengetahuan melalui berfikir dan intuisi (gerak
hati). Beberapa filsuf percaya bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara mengingat
kembali (semua pengetahuan adalah susatu yang diingat kembali). Idealisme memandang serta menganggap bahwa
yang nyata hanyalah idea, tetapi keberadaannya tidak tampak dalam wujud
lahiriah, tetapi gambaran aslinya hanya dapat dilihat oleh Jiwa murni.
Menurut Plato ide tidak diciptakan oleh
pemikiran manusia, ide juga tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan
pikiran manusia yang tergantung pada ide. Ide adalah citra pokok dan
perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Ide sudah ada dan
berdiri sendiri di luar pemikiran kita. Ide-ide ini saling berkaitan satu
dengan yang lainnya. Misalnya, ide tentang dua buah lukisan tidak dapat
terlepas dari ide dua, ide dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan ide
genap. Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara
hubungan ide-ide tersebut. Puncak inilah yang disebut ide yang “indah”. Ide ini
melampaui segala ide yang ada.
Alam dalam pandangan idealisme adalah
gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang
dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat
absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material.
Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk, demikian
juga seperti jiwa yang bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang
dikatakan dunia idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan
serta penggeseran, sementara itu yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Terdapat tiga jenis
idealisme, yaitu pertama, Idealisme subjektif
adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia
atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala
sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau
karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan
masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.
Kedua, Idealisme Objektif adalah
idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia. Idealisme objektif
ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan alam. Menurut
idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil
dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya
mengakui sesuatu yang bukan materi, yang ada secara abadi di luar manusia,
sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk
manusia dan segala pikiran dan perasaannya. Ketiga,
Idealisme personal yaitu nilai-nilai
perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme muncul sebagai protes
terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik. Bagi seorang personalis,
realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang
khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir.
Menurut pandangan
idealisme, nilai itu absolut, abadi dan universal. Apa yang dikatakan baik,
buruk, cantik, tidak cantik, benar, salah, secara fundamental tidak berubah
dari generasi ke generasi. Dalam idealisme, kriteria nilai-nilai baik secara
etis maupun estetis terletak bukan pada diri manusia, melainkan pada keadaan di
luar manusia. Keadaaan di luar manusia itu adalah prinsip-prinsip yang kekal,
dan pasti secara idealis. Pada hakikatnya nilai itu tetap, tidak diciptakan
oleh manusia melainkan bagian dari manusia.
Plato mengatakan bahwa jika manusia tahu apa yang
dikatakannya sebagai hidup baik, maka mereka tidak akan berbuat hal-hal yang
bertentangan dengan nilai-nilai moral. Plato mengatakan bahwa kehidupan yang baik
hanya dapat terwujud dalam masyarakat
yang ideal yang diperintah oleh “The
Philosopher Kings” yaitu kaum intelektual, para ilmuan atau para
cendikiawan. Oleh karena itu diperlukan tenaga pendidik yang berkualitas yang
bisa membentuk manusia yang bertanggung jawab, berbudi luhur dan bisa menjadi
pemimpin yang baik.
Guru atau pendidik yang
menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu
kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya
spiritual. Selain itu pula, Para pendidik yang idealis lebih menyukai
bentuk-bentuk kurikulum subject-matter,
yang menghubungkan ide-ide dengan konsep dan sebaliknya, konsep dengan ide-ide.
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai
berikut.
(1) guru adalah
personifikasi dari kenyataan si anak didik. Artinya, guru
merupakan wahana atau fasilitator yang akan mengantarkan anak didik dalam
mengenal dunianya lewat materi-materi dalam aktifitas pembelajaran; (2) guru harus seorang spesialis dalam
suatu ilmu pengetahuan daripada siswa. Artinya seorang guru harus memilik
pengetahuan yang lebih dari anak didiknya; (3) Guru haruslah menguasai teknik
mengajar secara baik, selain itu guru harus mempunyai kemampuan pedagogik yaitu
kemampuan untuk mengembangkan suatu model pembelajaran, baik dari segi materi
ynag diberikan, teknik mengajarn dan lainnya; (4) Guru haruslah menjadi pribadi
terbaik yaitu mempunyai karakter dan kewibawaan yang berbeda dengan guru lain,
sehingga disegani oleh para murid; (5) Guru menjadi teman dari para muridnya
dengan cara guru mampu berinteraksi dengan baik dengan paar peserta didiknya;
(6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk
belajar; (7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (8) Guru harus rajin
beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para
siswanya; (9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif; (10) Guru harus
mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya;
(11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa
belajar; (12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru
haruslah bersikap demokratis dan mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu
belajar, bagaimana pun keadaannya. Selain itu, jika ditinjau dari kedudukan
peserta didik, dalam aliran idealisme siswa bebas mengembangkan kepribadian dan
kemampuan dasarnya atau bakatnya.
Sumber :
George R. Knight. 2007 “Filsafat
Pendidikan”. Yogyakarta: Gama Medi.
Jalaluddin. Abdullah Idi. 2009. “Filsafat
Pendidikan”. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
http://sheillarully.wordpress.com/2012/11/30/pendidikan-kebenaran-dan-penalaranprespektif-idealisme/
http://kuliah-e-learning.blogspot.com/2013/11/filsafat-idealisme-dalam-pendidikan.html
http://hidayatkaryadi.blogspot.com/2013/12/idealisme.html
http://fandypiasakkapuashulu.blogspot.com/2011/10/makalah-filsafat-idealisme.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/11/08/idealisme-dalam-filsafat-pendidikan/
1 komentar:
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Sri Rahayu asal Surakarta, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil di daerah surakarta, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat Jl. Letjen Sutoyo No. 12 Jakarta Timur karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Muh Tauhid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalanan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL, alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya tahun ini sudah keluar, bagi anda yang ingin seperti saya silahkan hubungi bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI, siapa tau beliau bisa membantu anda
Posting Komentar