Pendidikan adalah hasil
dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan
cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu
kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya. Salah satu aliran filasfat
yang memberikan sumbangan besar terhadap pendidikan adalah aliran filsafat
idealisme. Idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan
itu merupakan kejadian dalam jiwa manusia dan kenyataan yang diketahui manusia
terletak di luarnya. Pendidikan dalam pandangan idealisme merupakan proses
abadi dari proses penyesuaian dan perkembangan mental maupun pisik, bebas dan
sadar terhadap Tuhan, dimanisfestasikan dalam lingkungan intelektual, emosional,
dan berkemauan. Pendidikan merupakan pertumbuhan ke arah tujuan, yaitu pribadi
manusia yang ideal.
Aliran filsafat
idealisme merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah
pemikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat barat kita temui dalam bentuk
ajaran yang murni dari Plato. Yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah
yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini
hanya berupa bayangan saja dari alam ide.
Secara historis, idealisme diformulasikan dengan jelas pada abad IV sebelum
masehi oleh Plato (427-347 SM). Selama Plato hidup, Athena
adalah kota yang berada dalam kondisi transisi (peralihan). Peperangan bangsa
Persia telah mendorong Athena memasuki era baru. Seiring dengan adanya
peperangan-peperangan tersebut, perdagangan dan perniagaan tumbuh subur dan
orang-orang asing tinggal diberbagai penginapan Athena dalam jumlah besar untuk
meraih keuntungan mendapatkan kekayaan yang melimpah. Dengan adanya hal itu,
muncul berbagai gagasan-gagasan baru ke dalam lini budaya bangsa Athena.
Gagasan-gagasan baru tersebut dapat mengarahkan warga Athena untuk mengkritisi
pengetahuan & nilai-nilai tradisional. Saat itu pula muncul kelompok baru
dari kalangan pengajar (para Shopis). Ajarannya memfokuskan pada individualisme,
karena mereka berupaya menyiapkan warga untuk menghadapi peluang baru
terbentuknya masyarakat niaga,
selain itu, hal ini disebabkan karena adanya pergeseran dari budaya komunal masa lalu menuju
relativisme dalam bidang kepercayaan dan nilai.
Aliran filsafat Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi
perubahan terus-menerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Ia
merumuskan kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal). Dan sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi
keseharian senantiasa mengalami perubahan. Dengan demikian, kebenaran tidak
bisa ditemukan dalam dunia materi yang tidak sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa disana terdapat kebenaran yang universal dan
dapat disetujui oleh semua orang.
Pokok utama yang diajukan oleh
idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang utama dalam alam semesta,
manusia ada karena ada unsur yang tidak terlihat yang mengandung sikap dan
tindakan manusia. Untuk menjadi manusia maka peralatan yang digunakannya bukan
semata-mata peralatan jasmaniah yang mencakup hanya peralatan panca indera,
tetapi juga peralatan rohaniah yang mencakup akal dan budi. Justru akal dan
budilah yang menentukan kualitas manusia. Sebenarnya,
idealisme tidak mengingkari materi. Namun, materi adalah suatu gagasan yang
tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab, seseorang akan memikirkan materi dalam
hakikatnya yang terdalam, dia harus memikirkan roh atau akal. Jika seseorang
ingin mengetahui apakah sesungguhnya materi itu, dia harus meneliti apakah
pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah materi
itu.
Bagi aliran idealisme,
yang nyata atau riil adalah mental atau spiritual. Seluruh hal di luar mental
dan spiritual manusia hanyalah ekspresi dari pikiran manusia. Dalam perspektif
metafisis, “Ada” adalah sesuatu yang tidak berubah. Dalam pengertian itu, maka
“Ada” bagi kaum idealis adalah pikiran sebagai esensi spiritual. Pikiran
manusialah yang membuat manusia melakukan segala aktivitas dalam menjalani
hidup. Segala hal selain pikiran merupakan hal-hal yang dapat berubah dari
waktu ke waktu, tergantung dari ekpresi pikiran. Pikiran sendiri tidaklah
berubah, ia tetap dan akan tetap ada. Realitas di dalam pikiran merupakan
realitas yang absolut dan bersifat universal. Dalam istilah pendidikan,
murid-murid dapat disebut sebagai bagian spiritual yang merupakan bagian dari
spiritual yang lebih besar, yaitu alam semesta.
Peserta didik perlu
ditanamkan konsep bahwa mereka mahkluk spiritual dan rasional. sehingga
pendidikan ini akan lebih menekankan konsep, gagasan, dan bagian-bagian
keakademisan, dari pada hal-hal lain. Keberhasilan pendidikan ditinjau dari
penguasaan materi secara akademis. Sedangkan dari sudut pandang religius,
pendidikan bertujuan membimbing peserta didik agar berkepribadian, bermoral,
dan religius. Kualitas peserta didik dilihat dari kemampuan untuk merumuskan
konsep-konsep atau gagasan-gagasan dari pada hal-hal yang praktis.
Idealisme merupakan
salah satu aliran filsafat yang menitik beratkan pada ide atau gagasan. Atau
sering juga disebut sebagai aliran yang menganggap sesuatu yang nyata atau riil
itu adalah yang ada dalam akal pikiran manusia. Terdapat tiga jenis idealisme,
yaitu idealisme subjektif, idealisme
objektif, dan idealisme personal.
Idealisme subjektif adalah filsafat
yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri.
Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul
dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide
manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah
sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.
Idealisme Objektif adalah idealisme
yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia. Idealisme objektif ini
dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan
alam. Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik
dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil. Pandangan
filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materi, yang ada
secara abadi di luar manusia, sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia
alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya.
Idealisme personal yaitu nilai-nilai
perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme muncul sebagai protes
terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik. Bagi seorang personalis,
realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang
khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir.
Adapu Prinsip-prisip dari aliran filsafat Idealisme adalah : pertama, menurut idealisme bahwa realitas tersusun
atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide (spirit). Menurut penganut
idealisme, dunia beserta bagian-bagianya harus dipandang sebagai suatu sistem
yang masing-masing unsurnya saling berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas,
suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual. Kedua, realitas atau kenyataan yang tampak di alam ini bukanlah
kebenaran yang hakiki, melainkan hanya gambaran atau dari ide-ide yang ada
dalam jiwa manusia. Ketiga,
Idealisme berpendapat
bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dari
pada materi bagi kehidupan manusia. Roh pada dasarnya dianggap sebagai suatu
hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan
dari roh atau sukma. Demikian pula terhadap alam adalah ekspresi dari jiwa. Keempat, Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang theo
sentris (berpusat kepada Tuhan), kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang
ideal (serba cita) dan kepada norma-norma yang mengandung kebenaran mutlak.
Oleh karena nilai-nilai idealisme bercorak spiritual, maka kebanyaakan kaum
idealisme mempercayai adanya Tuhan sebagai ide tertinggi atau Prima Causa
dari kejadian alam semesta ini.
Paradigma (cara
pandang) yang digunakan oleh aliran idealisme adalah melihat bahwa sesuatu yang
nyata itu adalah apa yang ada di dalam pikiran manusia. Dalam hal ini, tidak
terlepas dari apa yang dimaksud dengan metafisika. Mengenai kebenaran
tertinggi, dengan doktrin yang dikenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan
bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah
kebaikan. Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari
kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi
pengalaman. Maksudnya adalah dalam idealisme, ide merupakan sesuatu yang
penting. Dan ide tertinggi dalam idealisme adalah kebaikan. Ide-ide tersebut
adalah sesuatu yang apriori, dalam arti tanpa pengalaman. Jadi tanpa tergantung
pada pengalaman pun, manusia telah memiliki pengetahuan awal berupa ide-ide
bawaan. Jadi tanpa tergantung pada pengalaman pun, manusia telah memiliki
pengetahuan awal berupa ide-ide bawaan. Melalui instrospeksi, manusia dapat
melakukan pengujian-pengujian terhadap pikirannya. Dalam pendekatan ini, jika
dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka tugas guru adalah untuk membawa
pengetahuan tersembunyi yang telah ada itu kepada kesadaran. Artinya,
pengetahuan yang tersembunyi itu perlu diangkat ke tingkat yang dapat disadari
oleh para murid. Lewat belajar, murid secara perlahan-lahan tiba pada
pengertian yang lebih luas dari kesadaran mental. Belajar, berarti memanggil
kembali ide-ide bawaan dan bekerja dengan ide-ide bawaan itu. Oleh karena
realitas adalah sesuatu yang ada dalam pikiran, dalam hal ini pendidikan sangat
berhubungan hal-hal yang konseptual. Para murid mencoba menemukan perspektif
yang lebih umum dari ide-ide bawaannya dalam lingkungan semestanya.
Aliran idealisme
kenyataanya sangat identik dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua
macam realita, yaitu realita yang tampak dan realita sejati. Realita yang
tampak adalah apa yang kita alami dalam lingkungan ini seperti ada yang datang
dan pergi, hidup dan mati. Sedangkan Realitas sejati merupakan sifat yang kekal
dan sempurna (ideal). Gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat
nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian
kedudukan-kedudukan lebih tinggi dari yang nampak, karena ide merupakan wujud
yang hakiki.
Sistem nilai dalam
pandangan idealisme adalah sesuatu yang absolut, abadi dan universal. Dalam
idealisme, kriteria nilai-nilai baik secara etis maupun estetis terletak bukan
pada diri manusia, melainkan pada keadaan di luar manusia. Keadaaan di luar manusia
itu adalah prinsip-prinsip yang kekal, dan pasti secara idealis.
Aspek nilai dalam
pendidikan menurut aliran idealisme berada pada dataran yang tetap, kokoh, dan
teruji oleh waktu. Ditetapkan oleh otoritas yang tertinggi bukan pada manusia
sendiri-sendiri baik dalam etika maupun estetika. Untuk mencapai kriteria itu
manusia tinggal meniru otoritas-otoritas yang dianggap memiliki kebenaran. Bisa
jadi otoritas itu Tuhan, orang-orang yang unggul dalam pemikiran, pemimpin, dan
lain-lain. Guru sebagai teladan dan pemilik kebenaran.
Idealisme sangat
concern tentang keberadaan sekolah. Pendidikan harus terus eksis sebagai
lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan
tidak sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealisme secara khusus
mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanusiaan sebagai expresi
spiritual.
Pendidikan idealisme
untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan
memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh
warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya
diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan
tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan
sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan
seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya,
namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan
kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan
tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual
dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang
berkaitan dengan Tuhan.
Sumber :
George R. Knight. 2007 “Filsafat
Pendidikan”. Yogyakarta: Gama Medi.
Jalaluddin. Abdullah Idi. 2009. “Filsafat
Pendidikan”. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
http://sheillarully.wordpress.com/2012/11/30/pendidikan-kebenaran-dan-penalaranprespektif-idealisme/
Gazalba, Sidi. 1996. Sistematika Filsafat.
Jakarta: PT. Bulan Bintang
Sadullah, Uyoh. 2007. Pengantar
Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
1 komentar:
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Sri Rahayu asal Surakarta, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil di daerah surakarta, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat Jl. Letjen Sutoyo No. 12 Jakarta Timur karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Muh Tauhid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalanan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL, alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya tahun ini sudah keluar, bagi anda yang ingin seperti saya silahkan hubungi bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI, siapa tau beliau bisa membantu anda
Posting Komentar