This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Waspada Sinetron Ditonton oleh Anak-anak

10
Desember



Pada zaman yang modern ini, tentu setiap kegiatan yang kita lakukan tidak terlepas dari Teknologi dan Informatika, hal tersebut sesuai dengan perkembangan zaman dan dengan semakin canggihnya teknologi yang terus dikembangkan oleh masyarakat dunia. Salah satu hasil dari produk kemajuan dan kecanggihan teknologi tersebut adalah televisi, dimana kita bisa menyaksikan berbagai macam tayangan yang disajikan mulai dari berita, gosip selebriti, musik, tayangan memasak dan salah satu yang sering digandrungi oleh masyarakat Indonesia adalah sinetron yang memiliki berbagai jenis genre, contohnya sedih, romantis, komedi dan lain sebagainya.
Hampir seluruh masyarakat Indonesia atau sekitar 92 persen memiliki televisi dan salah satu tontonan wajib bagi keluarga di Indonesia adalah sinetron, tapi tahukan anda bahwa sinetron tidak hanya memberika dampak positif bagi kita semua tetapi juga dampak negatif bagi kita, terutama bagi anak-anak kecil yang sudah menonton sinetron dengan genre yang tidak sesuai dengan umurnya. Jika sinetron memilik fungsi sebagai penghibur bagi mastarakat dewasa setelah penat seharian bekerja, tetapi bagi anak sinetron justrul memberikan pengaruh buruk terutama anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, mengapa sinetron memberikan dampak buruk bagi anak yang sedang dalam masa pertumbuhan?, berikut akan saya bahas.
Pada masa, ketika saya berumur 5 tahun atau sekitar tahun 2000, banyak tayangan anak-anak yang disediakan oleh televisi yang tidak hanya menampilkan alur cerita, para pemain, tetapi juga menampilak cerita yang bisa membuat anak-anak yang menontonnya termotivasi dan ingin mengikuti para pemainnya, membuat anak bersemangat untuk belajar, mengajarkan anak untuk tidak menyerah dalam meraih mimpinya, membuat anak termotivasi unutk berusaha menjadi juara, bukan itu saja setiap sinetron anak selalu diiringi dengan lagu-lagu yang mendidik bagi anak dan liriknya mudah diingat anak, contohnya petualangan Sherina, Josuha oh Josuha, Keluarga Cemara dan masih banyak lagi taynagan lain yang mendidik.
Tetapi pada saat ini, yaitu di zaman yang semakin modern, justul pertelivisian Indonesia sudah jarang menayangkan sinetron-sinetron yang ditunjukan untuk anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Sering kita lihat di televisi-televisi di Indonesia menayangkan sinetron dengan genre romantis yang seharusnya sinetron tersebut ditonton oleh orang-orang dewasa, ada juga sinetron yang menampilakn karakter anatagonis di masyaraka yang di gambarkan penuh dengan dendam dan kekerasan atau juga sinetron yang menceritakan tentang keluarga yang bercerai-berai, atau tentang bullying dan kekrasan antar teman di sekolah dan yang lebih parahnya saat ini sinetron yang banyak ditayangkan di Indonesia adalah sinetron yang menceritakan tentang manusia yang menjadi hewan dan berperilaku seperti hewan. Anak-anak yang duduk si sekolah dasar sangat senang menonton sinetron-sinetron tersebut tanpa bimbingan dari orang tua masing-masing, padahal menurut teori psikologi dari Piaget dimana pada teori ini ada empat tahap perkembangan anak salah satu tahap tersebut adalah tahap pra oprasi dimana seorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan indera contohnya melihat atau mendengar, sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten. Tahap tersebut terjadi pada anak yang berusia 2 tahun sampai 7 tahun. Dengan kata lain bahwa anak meniru apa yang mereka lihat dan mereka dengar, jika anak menyaksikan sinetron yang menceritakan tentang manusia yang menjadi binatang, maka anak akan menirukannya seperti yang diperlihatkan di televisi, hal tersebut saat ini sudah terjadi pada anak-anak Indonesia, dimana mereka menirukan tingkah laku serigala, dan harimau ( berupa suara, dan gerakan ). Tidakkah anda para orang tua khawatir akan hal ini?
Selain itu, sadarkah anda ketika melihat merebaknya berbagai sinetron saat ini, secara tidak disadari mengarahkan kita pada pembentukan karakter dan sistem masyarakat yang ditampilkan seperti disinetron. Ketika ditampilkan konflik si kaya dan miskin, seorang kaya dikesankan dengan kemewahan dan kekuasaan yang diukur dari banyaknya harta dan tingginya jabatan. Sedangkan si miskin ini hidup dengan seadanya dan kekurangan secara materi. Padahal kemiskinan itu tidak semata diukur dari materi saja. Hal tersebut seperti menyampaikan sistem nilai yang dibawa oleh kapitalisme bahwa siapa yang kaya dia adalah orang yang memiliki banyak harta. Hanya sedikit sinetron yang mengajarkan kekayaan hati. Sinetron ini menggambarkan kekayaan yang tidak diukur melalui harta semata-mata, seperti Si Doel dan Keluarga Cemara.
Ada juga tayangan yang membawa cerita mistik mengarahkan kepada keterbelakangan mental dan syirik terhadap Sang Maha Pencipta. Keterbelakangan mental dalam hal ini adalah menggambarkan betapa hebatnya jin dengan kekuatan-kekuatannya sehingga manusia seolah menjadi takut dan mendorong manusia takut. Ketika orang menonton sinetron jenis ini, orang tersebut akan merasa bahwa setan itu ada dan senantiasa nyata dan menakuti manusia bahkan bisa membunuhnya. Selain itu, jenis sinetron yang membawa dampak buruk adalah sinetron dengan unsur cinta yang kuat. Dalam hal ini sistem nilai kembali mengalir deras. Sepasang anak muda dibuat tidak berdaya dan putus asa karena dipisahkan dengan kekasihnya. Di antara persoalan hidup lain, cinta digambarkan sebagai sebuah persoalan hidup yang amat sulit. Tidak tampak usaha yang keras untuk bertahan hidup dan kerja keras dalam bertahan hidup.
Belum lagi kasus-kasus dimana sinetron atau film yang ditayangkan menayangkan pornografi, dimana tayangan tersebut tidak disensor dan bebas ditonton oleh semua kalangan masyarakat dengan berbagai jenis rentang usia, bahkan disaksikan oleh anak-anak. Bahkan ada berita tentang anak SD yang melakukan bullying kepada temannya di sekolah dasar ketiak anak tersebut ditanya alasan mengapa melakukan hal tersebut, kemudian anak itu menjawab karena mereka meniru adegan atau  tokoh yang mereka lihat di sinetron.
Jika hal ini terus dibiarkan maka lama kelamaan, kareakter generasi penerus bangsa ( dalam hal ini adalah anak-anak ) akan rusak oleh sinetron yang tidak berkualitas yang mereka tonton, dan lama-kelamaan hal ini akan menggeser nilai kearifan yang ada dalam masyarakat Indonesia. Lalu bagaimanakah kita mengatasi hal ini, terutama bagi orant tua yang memiliki anak di bawah umur?

Salah satu yang bisa orang tua dan kita sebagai masyarakat Indonesia lakukan adalah dengan membimbing anak-anak agar tidak mengikuti tokoh-tokoh atau cerita yang terdapat di sinetron, selain itu orang tua harus bisa membatasi waktu anak menonton televisi atau menyeleksi tayangan-tayangan apa saja yang layak dan tidak layak anak saksikan. Dan untuk para pemuda yang akan terus berkarya terutama di dunia pertelivisian agar lebih kreatif lagi dalam membuat tayangan-tayangan bagi anak-anak dengan tidak melupakan unsur pendidikan, regaman dan kearifan budaya dan masyarakat sekitar, serta membuat tayangan yang bisa membuat anak menjadi termotivasi untuk lebih giat lagi dalam belajar dan agar anak bisa lebih mencintai Negara Indonesia. Dengan begitu mental anak-anak Indonesia tidak akan terganggu oleh tayangan yang mereka saksikan.




0 komentar:

Posting Komentar