This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Keindahan dan Sejarah yang Terlupakan : Bendungan Parayan

10
Desember

Pada tahun 1048 di daerah Banten dipimpin oleh  seorang raja yang bernama  Raja Wel Wina, sebelumnya di daerah ini telah di bangun jaringan-jaringan irigasi kecil sederhana dan irigasi tertua yang di bangun oleh Sultan Ageng Tirtayasa pada sekitar abad ke 17 yang di kenal sebagai kanal sultan. Namun, pada masa penjajahan oleh colonial Belanda, Belanda tidak hanya menjajah bagian timur indonesia, tetapi juga bagian barat Indonesia tepatnya didaerah Banten sampai ke wilayah Pamarayan. Awalnya colonial  Belanda hanya ingin mengambil rempah-rempah yang berada di daerah Pamarayan, tetapi lama-kelamaan orang Belanda berinisiatif untuk membuat jembatan untuk pengairan di lahan pertanian dan untuk mempermudah mobilitas mereka dalam mengambil rempah-rempah didaerah tersebut. Jembatan tersebut dibangun tahun 1901 yang saat ini biasa disebut dengan nama Jembatan Putih atau Bendung Pamarayan Lama, fakta tersebut tertulis pada Almanak yang tertera pada salah satu pintu air.
Pada saat itu yang mengerjakan jembatan tersebut adalah orang-orang pribumi dan para pekerja dari daerah Jawa  yang dipekerjakan oleh orang belanda. Proyek bendungan  ini selesai dikerjakan pada tahun 1914 dan air mulai disalurkan pada tahun 1918, disamping bendungan ini terdapat bangunan  yang di gunakan oleh kolonial belanda untuk MEMBAYAR upah para pekerja atau biasa di sebut dengan tempat ”PAMAYARAN”  dalam bahasa Sunda karena  bendungan ini di bangun di daerah yang kebanyakan penduduknya menggunakan bahasa  sunda, warga pribumi dibayar atau mendapat imbalan atas pekerjaannya hanya dengan menggunakan uang logam Wel Wina dengan menggunakan 1 (satu)  takeran atau tidak diperhitungkan dengan rinci, entah takeran uang ataupun takeran jagung. Mulai pada saat itu munculah keributan antara warga pribumi yang meributkan imbalan yang diberikan oleh Belanda. Semakin lama semakin berlanjut keributan tersebut, dan pada akhirnya daerah tersebut memiliki sebutan PAMAYARAN yang diciptakan oleh para pekerja jembatan pada masa penjajahan colonial Belanda. Dengan semangat juang dan kesatuan dari warga Indonesia akhirnya Bangsa Indonesia berhasil merebut  Kemerdekaannya dari tangan penjajahan Belanda.
Kini dengan perbendaharaan kata yang semakin banyak dan bahasa yang semakin  berkembang sebutan PAMAYARAN  berubah menjadi PAMARAYAN yang kini menjadi nama sebuah kecamatan di Kabupaten Serang Provinsi BANTEN.
Jika dilihat dari fungsinya, jembatan Pamarayan ini memilik berbagai fungsi dan manfaat bagi masyarakat, mulai dari sebagai jembatan penyebrangan, sebagai irigasi seluas 21.321 hektar, bendungan ini juga meyuplai air baku industri dan rumah tangga, sebagai pengendali banjir. Oleh karen itu jembatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat banyak.
Jembatan Pamarayan memiliki tradisi yang sampai saat ini masih dilakukan, tradisi tersebut di beri nama “bedol Pamarayan”. Bedolan Pamarayan di lakukan setiap tanggal sepuluh bulan sepuluh setiap setahun sekali, tradisi tersebut dimulai sejak zaman Belanda, bedolan ini dilakukan untuk mencitrakan bahwa bendungan ini adalah milik rakyat. Menurut Hudari ( kepala unit pelaksana teknis bendungan ), Bedol Pamarayan adalah pesta para petani saat memasuki musim tanam setelah menghadapi kemarau. “Waktu itu Belanda ingin menyatukan antara warga pribumi dengan pendatang supaya bersama-sama menjaga keberadaan bendung ini,” katanya. Kegiatan ini dimanfaatkan tidak hanya oleh masyarakat sekitar tetapi juga masyarakat yang dari luar Pamarayan untuk mencari ikan yang berada di daerah bendungan. Setiap tahunnya acara ini selalu dihadiri oleh Bupati Serang dan ribuan masyarakat yang antusias dalam acara ini, masyarakat berbondong-bondong mendatangi bendungan dengan membawa alat-alat untuk menangkap ikan, seperti jala, pancing, ember, dan lain-lain.
Ketika hari libur pun dan bulan Ramadhan jembatan ini sangat ramai oleh pengunjung, masyarakat dari berbagai daerah sering berkunjung ke areal Bendung Pamarayan. Mereka menikmati udara segar dan suara gemericik air yang jatuh dari delapan pintu air di bendungan. Saat Ramadan, Bendung Pamarayan menjadi tempat favorit masyarakat untuk ngabuburit (menunggu waktu berbuka puasa) dan nyubuh (berolahraga atau jalan santai setelah salat Subuh). Setiap sore hari, tidak kurang dari 1.000 orang warga berkunjung ke tempat itu untuk ngabuburit.
Saat ini, jembatan pamarayan lama sudah tidak digunakan lagi karena bendungan airnya sudah dipindahkan posisinya sekitar 200 meter dari lokasi bendung Pamarayan lama ke jembatan Pamarayan Baru. Sementara jembatan Pamarayan lama menjadi cagar budaya Banten, namun sangat disayangkan sekali jika melihat kondisi jembatan lama yang sangat memperhatikan, mulai dari menghilangnya besi-besi dan baud-baud yang ada di jembatan karena dicuri, banyaknya coretan-coretan di jembatan sampai besi-besinya yang mulai berkarat karena tidak adanya perawatan, semua ini terjadi karena kurangnya perhatian dari pemerintah setempat dan masyarakat sekitar yang kurang memperdulikan kondisi jembatan.
Kepala UPT Bendungan Pamarayan sendiri mengatakan bahwa, kurangnya kesadaran masyarakat untuk merawat bendungan lama ini, banyak masyarakat terutama pelajar yang mencoret-coret bagian jembatan, sementara kepala UPT sendiri sudah meminta bantuan kepada pemerintah setempat untuk melakukan perawatan dan pemagaran terhadap jembatan agar tidak sembarangan orang bisa masuk dan naik ke atas jembatan, sementara dari pemerinyah sendiri belum ada respon atas permintaan tersebut. Kurangnya penjagaan keamanan juga  membuat besi-besi yang ada di jembatan menjadi mengilang karena dicuri oleh tangan-tangan jahil.
Padahal jembatan lama ini merupakan aset yang berharga yang bisa mengingatkan kita semua terhadap asal mula daerah Pamarayan, selain itu jika jembatan lama ini di rawat dengan baik bisa menjadi pusat sejarah dan kebudayaan di daerah Pamarayan. Jika hal itu terjadi akan banyak masyarakat dari luar daerah Pamarayan yang akan berkunjung, hal itu akan membangun sektor perekonomian dan pariwisata di daerah Pamarayan. Masyarakat bisa memanfaatkan hal tersebut untuk menjual barang-barang kerajinan dan makanan khas dari Pamarayan, sehingga ekonomi masyarakat bisa terbangun.
Oleh karena itu, kita terutama masyarakat sekitar jembatan Pamrayan harus bisa menjaga, merawat dan melestarikan jembatan bendungan Pamrayan, agar anak cucu kita nanti tidak kehilangan budaya dan identitas asal mula pamarayan, selain itu kita juga bisa memperkenalkan jembatan Pamarayan ke masyarakat luas agar sektor pariwisata di Banten bisa semakin berkembang dan maju. Bukan hanya masyarakat, pemerintah juga harus ikut membantu dengan membangun infrastruktur di daerah Pamarayan, agar akses menuju bendungan Pamarayan menjadi mudah, pemerintah juga harus meningkatkan pengaman di jembatan pamarayan agar kenyaman pengunjung bisa terjaga  dengan baik. Dengan begitu bendungan ini akan terus terjaga dan terawat dengan baik dan bisa menjadi tempat bersejarah bagi kita semua.
Sumber data :
http://legendabanten.blogspot.com/2013/03/sejarah-bendungan-lama-dan-asal-usul.html
http://engkus77.blogspot.com/2009/01/sejarah-bendungan-pamarayan.html


2 komentar:

Sry rahayu said mengatakan...

Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Sri Rahayu asal Surakarta, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil di daerah surakarta, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat Jl. Letjen Sutoyo No. 12 Jakarta Timur karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Muh Tauhid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalanan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL, alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya tahun ini sudah keluar, bagi anda yang ingin seperti saya silahkan hubungi bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI, siapa tau beliau bisa membantu anda

Unknown mengatakan...

Apa hubungan nya bu sma sejarah jembatan pamarayan???? Hadehhh

Posting Komentar